SUSILO Bambang Yudhoyono (SBY) memilih Boediono sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping nya dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2009. Langsung, serangan kritik bertubitubi menerpa pasangan SBY-Boediono.
Ada yang menyatakan keputusan tersebut sangat keliru karena Boediono seorang profesional yang sama sekali bukan politikus, sehingga akan menggerogoti dukungan partai-partai politik terhadap SBY, baik di masa pilpres maupun nanti di masa kepresidenan.
Dengan memasang Boediono sebagaiwapres, diyakininanti,apabila SBY memangku jabatan sebagai presiden,akan mengalami kendala dan kesulitan dalam mengambil keputusan-keputusan politis akibat akan selalu ditentang mayoritas anggota DPR dari parpol-parpol yang menjadi oposisi.
Bahkan ada pihak yang begitu antipati terhadap keputusan SBY, memvonis bahwa SBY pasti kalah dalam pilpres bila bersanding dengan Boediono. Di sisi lain, ada yang mengkritik keputusan SBY mengangkat Gubernur BI itu menjadi cawapres sebagai bukti bahwa kelemahan SBY adalah dalam memilih para pembantunya yang selalu ragu-ragu dan akhirnya malah keliru.
Bahkan ada yang kejam mencurigai SBY memilih Boediono yang ahli keuangan itu sekadar demi mempermudah gerak-geriknya dalam hal keuangan, yang biasanya memang rawan bertujuan negatif.Ada pula yang menyatakan tersinggung karena telah mengajukan cawapres selain Boediono, namun ternyata tidak digubris.
Lantaran ternyata yang dijadikan cawapres bukan calonnya, maka akan membatalkan rencana berkoalisi dengan parpol SBY. Ada pula orang-orang yang, merasa dirinya ilmuwan politik, tidak melewatkan kesempatan untuk pamer keahlian analisis politik dengan mengkritik keputusan SBY mengajak Boediono sebagai wapres dengan bukan satu kritik,namun sekaligus beberapa kritik, bahkan dengan tambahan bonus!
Hujan kritik yang menimpa pasangan SBY-Boediono membuktikan bahwa sebenarnya memang tidak ada keputusan politik yang kebal kritik.Pendapat masyarakat memang beraneka ragam. Di sisi lain, kasus hujan kritik terhadap SBY-Boediono juga merupakan bukti betapa kreatif bangsa Indonesia dalam menggarap kritik!
Ketimbang berkarsa dan berkarya nyata sendiri, bangsa Indonesia lebih kreatif mencipta kritik terhadap karsa dan karya orang lain. Lebih celaka lagi, di dalam khazanah perhelatan politik memang ada yang merasa tugas dirinya hanya kreatif menggubah kritik untuk mengkritik apa pun yang dilakukan oleh siapa pun!
Maka dalam kasus memilih cawapres, sebenarnya SBY dalam posisi maju kena mundur kena. Bahkan diam pun kena! Misalnya dalam kecepatan waktu memilih cawapres, seperti biasa SBY selalu dikritik ragu-ragu dan lamban. Andaikata SBY memilih Jusuf Kalla sebagai cawapres kembali, dapat dibayangkan hujan kritik akan langsung berubah menjadi badai topan disertai halilintar dan puting beliung!
Andaikata SBY memilih Prabowo atau Wiranto atau Sutiyoso sebagai cawapres, maka merajelelalah tuduhan persekongkolan antarpara jenderal TNI! Andaikata SBY mengajak Megawati, pasti ditolak mentah-mentah oleh Megawati sendiri! Andaikata SBY memilih Sri Mulyani,maka gosip bahwa di antara mereka berdua ada apa-apa,akan merebak seperti wabah demam berdarah!
Andaikata SBY memilih Hidayat NurWahid sebagai cawapres,maka kritik berubah menjadi fitnah bahwa Indonesia akan diislamisasi! Andaikata SBY memilih Hatta Rajasa, pasti dituduh tunduk didikte Amien Rais, sementara Soetrisno Bachir kecewa berat.Andaikata SBY memilih Sultan Hamengku Buwono X sebagai cawapres, maka bermunculan kritik feodalisasi dan monarkisasi.
Andaikata SBY memilih Gus Dur sebagai pendampingnya,maka harus siap dijawab,“Gitu aja kok repot!” Andaikata SBY menjadikan Jaya Suprana sebagai cawapresnya, maka semua prihatin atas gangguan kesehatan dan kewarasan jiwa SBY.
Berdasarkan pengalaman sebagai presiden sejak 2004, tampaknya SBY sudah arif, apa pun keputusan yang diambil,mustahil kebal kritik, sehingga akhirnya SBY berani mengambil keputusan sesuai pertimbangan dan keyakinan nuraninya sendiri sebagai yang paling tepat dan benar. SBY memutuskan untuk mengangkat Boediono sebagai calon wakil presiden.(*)
JAYA SUPRANA (diambil dari Koran Sindo)
loading...