Pidato Boediono Pada Deklarasi SBY Berbudi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua.Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani yang saya hormati, Hadirin yang saya muliakan.

Pertama-tama izinkanlah saya dengan tulus mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam, khususnya kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, yang telah menunjuk saya untuk mendampingi beliau dalam pemilu presiden Juli nanti. Penunjukan diri saya sebagai calon wakil presiden merupakan suatu kehormatan yang amat besar bagi saya dan keluarga.

Penunjukan ini juga merupakan sebuah kehormatan yang tak terduga-duga. Sejak awal saya merintis karier saya sebagai ekonom dan seorang guru,saya tidak pernah bercita-cita memegang salah satu jabatan puncak dalam Republik yang kita cintai ini. Saya tentu juga berterima kasih kepada seluruh jajaran partaipartai yang mendukung Bapak Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Insya Allah itu adalah dukungan dan modal yang sangat saya butuhkan nanti dan kini. Saya juga berterima kasih tentu kepada istri saya, yang menyetujui suaminya untuk memasuki tugas yang sama sekali baru.Yang tantangan dan risikonya lebih besar ketimbang tugas-tugas sebelumnya.

Tantangan dan risiko itu sudah tampak sejak mula. Saya sadar penunjukan saya sebagai cawapares menimbulkan kontroversi. Itulah tanda sebuah demokrasi yang hidup. Demokrasi sebagai hasil reformasi yang ditebus dengan badan dan jiwa mahasiswa,10 tahun yang lampau. Di bawah Presiden SBY, Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di Asia yang sanggup merawat dan mengembangkan kebebasan menyatakan pendapat.

Di bawah pemerintahan ini tak ada suara yang menentang yang diberangus. Di bawah SBY, Indonesia tak hendak kembali ke bawah kekuasaan yang meniadakan hakhak asasi manusia, apalagi dengan kekerasan. Dalam suasana demokratis itu, Indonesia bisa berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Bahkan dalam situasi krisis ekonomi global sekarang ini, bersama China dan India, Indonesia adalah tiga negara besar di dunia, yang masih mencetak pertumbuhan positif. Dalam urunan itulah saya sungguh menghargai keteguhan dan kearifan Bapak SBY.

Penghargaan itu pula yang mendorong saya untuk bersedia mendampingi beliau. Saya pernah bekerja paling tidak tiga tahun sebagai menko perekonomian. Hal itu menjadi modal bagi saya untuk bekerja sama dengan baik dan mewujudkan pemerintahan yang mampu bekerja cepat, tepat, dan akuntabel.

Bapak Presiden yang saya hormati, Hadirin yang saya muliakan. Keikutsertaan saya juga didorong oleh apa yang selama ini disaksikan berjuta-juta orang Indonesia.Yaitu bahwa di bawah pemerintahan SBY, tampak tekad untuk membangun pemerintahan yang bersih. Memang harus diakui dalam gerakan antikorupsi ini kerja belum selesai, belum apa-apa.

Tetapi langkah baru yang tegas sudah diambil.Korupsi bukan hanya tindakan yang tak bermoral.Korupsi juga menimbulkan ketidakadilan yang menggerogoti efektivitas negara. Padahal kita memerlukan peran negara.Perekonomian Indonesia tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada pasar bebas.

Selalu diperlukan intervensi dengan aturan main yang jelas dan adil. Untuk itu diperlukan lembaga pelaksana yang efektif.Itulah yang harus disediakan oleh negara. Negara tidak boleh terlalu banyak campur tangan. Sebab itu akan mematikan kreativitas. Tetapi negara juga tidak boleh hanya tertidur.

Untuk itu diperlukan sebuah pemerintahan yang bersih. Kita semua sadar bahwa pemerintahan yang bersih tidak akan hadir karena dipidatokan. Pemerintahan yang bersih harus dimulai dengan teladan kepemimpinan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak dikotori oleh suap.Tidak mau memperdagang kan kekuasaan.

Tidak mau mencampuradukkan kepentingan Republik dengan bisnis keluarga. Lebih dari itu, pemerintahan yang bersih membutuhkan tindakan pemberantasan korupsi yang konsisten. Juga sebuah reformasi birokrasi. Saya yakin pemerintahan SBY melalui sistem presidensial yang berdaya guna akan melangkah ke sana. Bekerja dalam tim yang dipimpinnya merupakan kehormatan bagi siapa pun.

Bukan kehormatan karena kedudukan, tapi kehormatan karena ikut menjalankan cita-cita yang luhur. Citacita itu cita-cita Indonesia yang tidak pernah padam. Bapak Presiden yang saya hormati, di awal Abad Ke-20,waktu itu adayangnamanya ”Indonesia Menggugat”. Saat itu Indonesia menggugat bangsa luar untuk berhenti menjajah Indonesia.

Dan di awal abad ke-21 ini Indonesia juga selayaknya menggugat.Kini yang kita gugat adalah penjajahan oleh kekuatandariluardandaridalam. Yang membuat kita merasa terpuruk, merasa tidak bisa bangkit memperbaiki diri,padahal kita mampu.

Padahal kita sanggup.Saya berjanji, saya akan selalu bekerja membuat Indonesia lebih sanggup untuk membebaskan rakyat kita dari kemiskinan, dari kesewenang-wenangan dan keterpurukan. Dengan mengucapkan Bismillahirahmannirrahim, saya siap bekerja mulai hari ini. Akhirnya, terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .

loading...