Pemenang Pemilu 2009 menurut keyword “pemenang pemilu 2009” yang ditulis di search engine google adalah Partai Keadilan Sejahtera. Coba Anda ketik sendiri keyword “pemenang pemilu 2009” pada mesin pencari milik google ini, lantas apakah yang kemudian muncul di urutan pertama dari hasil pencarian google ini?
Disisi lain menurut “mesin pencarian” quick count dari pusat tabulasi hasil pemilu 2009 versi KPU di http://tnp.kpu.go.id/2009/ dan hasilnya Partai Keadilan Sejahtera untuk sementara berada pada posisi urutan ke-4.
Partai Keadilan Sejahtera adalah fenomena yang menarik buat ditulis dalam blog ini dimana hasil sementara tersebut menunjukan bahwa suara PKS mengalami stagnan dan bahkan PKS “keok” di Jakarta. PKS yang pada 2004 menjadi jawara di Jakarta, pada pemilu ini hanya ada di posisi ketiga dengan suara 31,89 persen saja. PKS tersalip oleh Demokrat dan PDIP. Anda bisa baca di (http://pemilu.detiknews.com/read/2009/04/10/102741/1113556/700/pks-keok-di-jakarta).
Kenapa kok bisa begitu, memang banyak faktor yang mempengaruhi jumlah suara PKS baik faktor eksternal maupun faktor internal yang jauh di luar target yang ditetapkan oleh para elitenya. Tulisan ini hanya menyampaikan pada faktor internal yang berkaitan dengan isu dan topik yang diangkat PKS dalam kampanye pemilu 2009.
PKS melejit secara signifikan pada pemilu 2004 karena menekankan citra yang bersih dan peduli dimana saat itu isu ini masih merupakan barang mewah bagi Bangsa Indonesia. Masyarakat yang benci dan frustasi dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menemukan harapan dan kerinduannya pada PKS yang dalam gerak langkahnya mampu menunjukkan dirinya sebagai partai yang bersih dari isu KKN tersebut.
PKS juga mampu menunjukkan dirinya sebagai partai yang peduli terhadap sesama, terlihat dari tanggapan PKS terhadap bencana demi bencana yang menimpa negeri ini. Isu bersih dan peduli telah membuat PKS diterima semua kalangan. Karena isu bersih dan peduli saat itu, publik lebih melihat partai ini sebagai partai Islam yang terbuka. Pada Pemilu 2004, PKS memang tak menonjolkan isu-isu sensitif yang berkaitan dengan Islam karena disadari hanya akan membuat resistensi dari pemilih Indonesia yang pluralisme ini.
Pada pemilu 2009 ini, PKS kelihatan terlalu percaya diri dengan perolehan suara pada pemilu 2004 dan kemenangan para kader atau kandidat yang didukung partai ini dalam Pilkada di berbagai daerah. Memang partai ini masih menonjolkan citranya sebagai partai bersih dan peduli, bahkan mencitrakan dirinya sebagai musuh para koruptor. Namun, sebelum dan selama kampanye Pemilu 2009, PKS lebih sering tampak dalam demo-demo mendukung Palestina, RUU Pornografi, dan bersikap sangat defensif terhadap isu poligami--satu hal yang semakin menegaskan PKS sebagai partai Islam yang cenderung eksklusif.
Dalam isu korupsi, PKS tak lagi berdiri sendiri. Kali ini PKS punya saingan berat: yaitu KPK. Gerak-gerik KPK dalam mengungkap korupsi telah membuat publik sangat bangga dengan lembaga ini. Klaim PKS sebagai partai musuh koruptor dengan sendirinya tenggelam di bawah wibawa KPK. Apalagi selama 5 tahun ini praktis tak ada sama sekali kasus korupsi dalam skala sangat besar yang diungkap kader PKS. Bahwa banyak kader PKS mengembalikan uang suap, YA. Tapi kenapa mereka berhenti sampai di situ? Kenapa para kader PKS tak mengungkapkan secara luas ke publik praktek-praktek suap dan korupsi yang umum terjadi di lembaga legislatif?. Ternyata Publik tidak buta.