Mencari bibit regenerasi
Awal bulan Januari 2008 komunitas pecinta Reog Ponorogo di Kota Pasuruan melakukan kegiatan rutin latihan yang dipimpin Bapak Sutriman. SUARA gamelan khas Ponorogo terdengar dari salah satu areal kosong di Pasar Bukir, Kota Pasuruan. Puluhan orang terlihat duduk bersila membentuk lingkaran dalam ukuran besar. Beberapa diantaranya menari, membentuk gerakan gemulai pasukan berkuda.
Komunitas yang bernama Manggolo Projo merupakan wujud kecintaan wong Ponorogo untuk melestarikan kesenian unik itu. Bahkan, fakta bahwa reog bukanlah kesenian asli Kota Pasuruan menjadi tidak penting bagi mereka. Namun, untuk terus menghidupkan kesenian ini ternyata tidak cukup hanya mengandalkan latihan. Sebab, seiring berjalannya waktu, mereka butuh modal untuk meremajakan peralatan reog atau biaya untuk riasan pemain.
Sadar akan kebutuhan ini, Manggala Projo mulai go public. Mereka mulai menghadiri undangan berbagai kegiatan. Mulai Agustusan, mantenan atau khitanan. Untunglah, go public itu mendapat respon luar biasa. Bahkan beberapa tahun terakhir, mereka mulai berani memasang tarif. Hasilnya mereka gunakan untuk transportasi dan membeli peralatan baru.
Kini di usianya yang hampir sewindu, kelompok reog ini semakin eksis. Sayangnya, mereka kesulitan melakukan regenerasi. Sebab, untuk mencari anak-anak atau pemuda yang tertarik pada reog bukan hal mudah. Apalagi memaksa mereka menjadi pemain.Manggala Projo masih mengandalkan keluarga dekat mereka agar bisa bergabung dalam kesenian itu. Mulai dari anak, keponakan, bahkan sampai cucu.
Terbentuknya Manggolo Projo sendiri berawal dari cangkrukan yang dilakukan beberapa seniman lokal. Saat itu, Wakil Wali Kota Pasuruan Bapak Pudjo Basuki juga terlihat di sana. Dari cangkrukan itu, tebersit keinginan memiliki perkumpulan reog.Impian itu akhirnya terwujud sekitar tahun 2000. Sutriman langsung didapuk sebagai ketuanya karena dianggap lebih banyak tahu tentang reog. Dengan model komunikasi getok thular, laki-laki yang suka tampil sebagai warok reog ini menggandeng seniman-seniman yunior yang memiliki ketertarikan sama pada Reog Ponorogo. Sekitar 50 orang bergabung dalam komunitas itu.
Modal besar yang dibutuhkan untuk membeli segala peralatan Reog Ponorogo diusahakan oleh Wakil Wali Kota Pasuruan Bapak Pudjo Basuki dari saku pribadinya, orang nomor dua di lingkungan Pemkot Pasuruan ini menyiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan para seniman tersebut.
Salam Damai