Rara Anteng dan Jaka Seger Nenek Moyang Kaum Tengger

Masyarakat Tengger juga biasa dikaitkan juga dengan mitos masyarakat tentang suami istri yang merupakan cikal bakal penghuni wilayah Tengger, yakni Rara Anteng dan Joko Seger. Sehingga bila nama keduanya diringkas menjadi: Tengger.

Alkisah, pada zaman dahulu, ada seorang putri Raja Brawijaya dengan Permaisuri Kerajaan Majapahit. Namanya Rara Anteng. Karena situasi kerajaan memburuk, Rara Anteng mencari tempat hidup yang lebih aman. Ia dan para punggawanya pergi ke Pegunungan Tengger.

sendratariDi Desa Krajan, ia singgah satu windu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Pananjakan. Ia menetap di Pananjakan dan mulai bercocok tanam. Rara Anteng kemudian diangkat anak oleh Resi Dadap, seorang pendeta yang bermukim di Pegunungan Bromo.

Sementara itu, Kediri juga kacau sebagai akibat situasi politik di Majapahit. Joko Seger, putra seorang brahmana, mengasingkan diri ke Desa Kedawung sambil mencari pamannya yang tinggal di dekat Gunung Bromo. Di desa ini, Joko Seger mendapatkan informasi adanya orang-orang Majapahit yang menetap di Pananjakan. Joko Seger pun melanjutkan perjalanannya sampai Pananjakan.

Joko Seger tersesat dan bertemu Rara Anteng yang segera mengajaknya ke kediamannya. Sesampai di kediamannya, Rara Anteng dituduh telah berbuat serong dengan Joko Seger oleh para pinisepuhnya. Joko Seger membela Rara Anteng dan menyatakan hal itu tidak benar, kemudian melamar gadis itu.Lamaran diterima. Resi Dadap Putih mengesahkan perkawinan mereka.

Sewindu sudah perkawinan itu namun tak juga mereka dikaruniai anak. Mereka bertapa 6 tahun dan setiap tahun berganti arah. Sang Hyang Widi Wasa menanggapi semedi mereka. Dari puncak Gunung Bromo keluar semburan cahaya yang kemudian menyusup ke dalam jiwa Rara Anteng dan Joko Seger. Ada pawisik mereka akan dikaruniai anak, namun anak terakhir harus dikorbankan di kawah Gunung Bromo.

sendratari di tenggerPasangan ini dikarunia 25 anak sesuai permohonan mereka, karena wilayah Tengger penduduknya sangat sedikit. Putra terakhir bernama R Kusuma. Bertahun-tahun kemudian Gunung Bromo mengeluarkan semburan api sebagai tanda janji harus ditepati. Suami istri itu tak rela mengorbankan anak bungsu mereka. R Kusuma kemudian disembunyikan di sekitar Desa Ngadas. Namun semburan api itu sampai juga di Ngadas. R Kusuma lantas pergi ke kawah Gunung Bromo. Dari kawah terdengar suara R Kusuma supaya saudara saudaranya hidup rukun. Ia rela berkorban sebagai wakil saudara-saudaranya dan masyarakat setempat. Ia berpesan, setiap tanggal 14 Kesada, minta upeti hasil bumi.

Cerita lain menunjukkan saudara-saudara R Kusuma menjadi penjaga tempat-tempat lain. Maka setiap tanggal 14 bulan purnama di bulan Kasada, dikirimilah Raden Kusuma beragam hasil ladang ke kawah Gunung Bromo. Upacara persembahan tersebut menjadi tradisi yang diselenggarakan secara turun temurun hingga sekarang yang diberi nama Yadnya Kasada.

Dukun selalu meriwayatkan kisah Joko Seger – Rara Anteng.

Berikut ini nama-nama 25 anak Joko Seger – Rara Anteng. Mereka dihubungkan dengan tempat-tempat yang dianggap keramat di Bromo dan sekitarnya.

  1. Tumenggung Klewung (Gunung Ringgit)
  2. Sinta Wiji (Gunung Kidangan)
  3. Ki Baru Klinting (Lemah Kuning)
  4. Ki Rawit (Gunung Sumber Semani)
  5. Jinting Jinah (Gunung Jinahan)
  6. Ical (Gunung Pranten)
  7. Prabu Siwah (Gunung Lingga)
  8. Cokro Pranoto Aminoto (Gunung Gendera)
  9. Tunggul Wulung (Cemoro Lawang)
  10. Tumenggung Klinter (Gunung Penanjakan)
  11. Raden Bagus Waris (Watu Balang)
  12. Ki Dukun (Watu Wungkuk)
  13. Ki Pranoto (Poten)
  14. Ni Perniti (Gunung Bajangan)
  15. Petung Supit (Tunggukan)
  16. Raden Mas Sigit (Gunung Batok)
  17. Puspa Ki Gentong (Widodaren)
  18. Kaki Teku Niti Teku (Guyangan)
  19. Ki Dadung Awuk (Banyu Pakis)
  20. Ki Demeling (Pusung Lingker)
  21. Ki Sindu Jaya (Wonongkoro)
  22. Raden Sapujagad (Pundak Lemdu)
  23. Ki Jenggot (Rujag)
  24. Demang Diningrat (Gunung Semeru)
  25. Raden Kusuma (Gunung Bromo)
loading...