Melestarikan Mata Air Dapat Kalpataru Dari Presiden RI

Sugiarto (39), warga Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan kini kembali mendapatkan penghargaan Kalpataru. Penghargaan dari presiden kali ini, diterimanya untuk kategori sebagai perintis lingkungan.
"Alhamdulillah sangat gembira mendapatkan penghargaan dari presiden ini. Sebab, tanpa kita ketahui sebelumnya tiba-tiba kita dapat panggilan untuk menghadap presiden. Dan tentunya, ini bukan untuk saya sendiri pribadi, tetapi untuk masyarakat seluruhnya," ujar Sugiarto, penerima penghargaan Kalpataru tersebut kepada wartawan.
Sugiarto pun sangat bangga, karena dari sisi nilai penghargaan yang diperoleh, peringkatnya pun sangat memuaskan karena tertinggi diantara para perintis lingkungan lainnya yang mendapatkan penghargaan dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, dia pun juga tak mengira jika usaha yang dirintis sejak tahun 1994 silam berbuah manis.
"Saya tergolong the best ya, untuk kategori perintis lingkungan. Yang kedua dari Sumatera Utara dan yang ketiga dari Surabaya. The best-nya itu, nilainya tertinggi dari peristis lingkungan. Jadi, yang pertama kali menerima dari presiden, dari Kabupaten Pasuruan. Presiden pun berpesan agar ini dipertahankan," imbuhnya.
Agar apa yang dicapainya diikuti masyarakat luas, Sugiarto pun kini telah melakukan pengkaderan. Dari awal tim relawan yang dikadernya hanya berjumlah 32 orang, kini sudah mencapai 38 anggota. Kini latar belakang kaderisasi anggota pun cukup beragam, yakni diawali dari Paud hingga kalangan mahasiswa dan masyarakat awam.
"Pengkaderan kita mulai dari Paud sampai mahasiswa dan warga biasa. Pengkaderan yang telah kita godok sudah 38 orang setelah penghargaan. Namanya, relawan lingkungan hidup. Mereka kita bina, kita tampung, agar berwawasan lingkungan dan berjiwa nasionalis, cinta tanah air," ungkap pria yang sehari-harinya sebagai petani ini.
Dia menjelaskan, untuk melestarikan mata air yang ada daerah tempat tinggalnya, pertama yang dilakukannya adalah penanaman pohon. Awalnya, tanaman yang ditanam adalah segala pohon yang penting bisa untuk melakukan penghijauan. Namun, dari awal mula yang sedikit, kini jumlah pohon yang ditanam pun hingga mencapai 400 ribuan.
"Awalnya yang kita tanam yang menghasilkan bank air terbanyak, seperti trembesi, mahoni dan lain-lain. Namun setelah 2007 kita coba memikirkan keamanan. Sehingga kita berfikir untuk menanam yang bersifat ekonomis. Nah, itu yang terpenting. Dan sekarang yang kita tanam itu adalah seperti sukun dan nangka. Itu pun, kita bagikan gratis," jelasnya.
Perolehan penghargaan Kalpataru untuk yang ketiga kalinya bagi Kabupaten Pasuruan ini pun sangat membanggakan. Sebab, hingga kini Kalpataru masih dapat dipertahankan setelah pada tahun 2005, Mukarim, warga Desa Penunggul, Nguling meraihnya, kemudian disusul tahun 2010 diraih Kholifah, warga Desa Kedungringin, Kecamatan Beji dan sekarang diraih Sugiarto.
"Ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Kabupaten Pasuruan. Karena dari Jawa Timur hanya ada dua, yakni Kabupaten Pasuruan dan Surabaya. Meskipun, untuk penghargaan Adipura sendiri kita gagal meraihnya, padahal kita sudah berupaya keras mendapatkannya," terang Eddy Paripurna, Wakil Bupati Pasuruan. (beritajatim.com)
loading...