Ilusi Negara Islam (INI) – Buku Hasil Laporan Penelitian

buku.jpg Buku yang merupakan laporan penelitian terhadap aktivis-aktivis gerakan Islam (yang selama ini dikenal sebagai Islam garis keras) di 17 provinsi itu, menunjukkan dengan gamblang kiprah politik mereka dalam rangka membangun sebuah pemerintahan Islam sedunia atau Khilafah Islamiyah.
Membaca buku Ilusi Negara Islam (INI), sungguh membuat bulu kuduk merinding. Ternyata, Indonesia sudah berasa di tubir jurang perpecahan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersama-sama Hisbuth Tharir Indonesia (HTI), Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) dan sejumlah ormas Islam lain, menurut buku INI, ternyata masuk dalam kategori ancaman bagi masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Oleh karena itu, saya sangat maklum ketika PKS ngambek ketika Yuhdoyono memilih Boediono sebagai pasangannya dalam pemilihan presiden/wakil presiden mendatang. Isu neoliberalisme dimunculkan, menurut saya, sekaligus memanfaatkan momentum gerakan-gerakan perlawanan terhadap globalisasi ekonomi, privatisasi dan gerakan antiutang yang juga diusung banyak civil society organizations (CSOs).
Barat yang sudah pasti menjadi musuh utama gerakan Wahabi dan Ikhwanul Muslimin karena dianggap sebagai biang kekacauan dunia, khususnya kemunduran Islam di berbagai belahan dunia, ‘dijual’ sebagai isu utama. Harapannya, gerakan itu akan emmperoleh dukungan dari banyak kalangan, tak cuma para aktivis dan komunitas muslim semata.
Di buku itu ditunjukkan, misalnya, betapa organisasi Islam sebesar Muhammadiyah sudah sedemikian parah ‘diacak-acak’ anggotanya sendiri yang merangkap sebagai aktivis PKS. Banyak masjid dan lembaga-lembaga pendidikannya ‘diserobot’ orang-orang partai. Begitu pula NU, yang hanya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saja sudah ‘kehilangan’ 11 masjid/mushala.
Yang tak kalah mengagetkan, gerakan transnasional Islam model Wahabi/Ikhwanul Muslimin ini pernah pula berupaya masuk Istana Presiden. Sebuah proposal tawaran kerjasama dengan pemerintah dengan nilai ratusan juta dolar Amerika disodorkan, bahkan gamblang disebutkan sebagiannya bisa dimanfaatkan untuk operasional kabinet, hanya sebuah rekomendasi legal untuk sebuah proyek di Indonesia.
Ilusi Negara Islam merupakan buku yang mencerahkan, memberi gambaran gamblang tentang gerakan Islam di Indonesia. Bagaimana banyak BUMN dikuasai aktivis-aktivis Wahabi/Ikhwanul Muslimin/Hisbuth Tharir, juga parlemen dan banyak perusahaan-perusahaan swasta di Jakarta dan berbagai kota.
Buku INI tak hanya layak jadi bacaan wajib masyarakat Indonesia, namun utamanya justru bagi Yudhoyono, Megawati dan Jusuf Kalla, supaya dia lebih berhati-hati memilih tokoh-tokoh dalam kabinetnya kelak. Selain itu, menarik pula dijadikan rujukan bagi para penerima mandat sebagai penjaga keamanan dan kedaulatan Indonesia untuk lebih berhati-hati.
Kita tahu, sering gosip mampir ke telinga kita, bahwa sejumlah oknum perwira (dan penisunan) polisi dan militer melakukan ‘kerjasama’ di bawah tangan dengan kelompok-kelompok garis keras. Terlepas dari persentase kebenaran isi buku (hasil penelitian itu), saya kira kita harus mengapresiasi kerja intelektual mereka dalam membangun peradaban Indonesia yang lebih bermartabat, tak ada diskriminasi dan lebih dari itu, saling hormat-menghormati tanpa memandang latar belakang agama, keyakinan, etnisitas dan sebagainya.
Selayaknya pula, PKS, HTI, DDII dan ormas-ormas yang merasa dirugikan dengan publikasi buku itu, membuat klarifikasi kepada publik secara gentle dan terhormat.
Kita, tentu tak ingin ancaman pembunuhan kepada salah seorang Ketua PBNU di Mesir oleh seorang pimpinan partai Islam garis keras hanya demi perasaan tak suka Sang Ketua PBNU membuka fakta yang sesungguhnya tentang gerakan Islam di Indonesia.
Terbitnya Ilusi Negara Islam sungguh merupakan sumbangan sangat berharga bagi masyarakat Indonesia untuk memilih dan membentuk peradaban yang lebih baik di masa mendatang. Kita juga diuntungkan oleh orang-orang seperti KH Abdurrahman Wahid, Prof. DR. Buya Ahmad Syafi’i Maarif, KH Ahmad Musthofa Bisri dan semua pihak yang terlibat dalam penelitian itu.
Tanpa kerja keras dan rasa cinta mereka pada Indonesia, tak mungkin buku yang sangat penting itu bisa terbit dan beredar di sini. Tak berlebihan bila buku semacam itu menjadi bacaan utama pelajar dan mahasiwa Indonesia, agar tatanan kehidupan yang lebih adil, saling menghargai dan menghormati itu bisa segera terwujud, setidaknya beberapa tahun mendatang.
Semoga apa yang dilakukan Abdurrahman Wahid, Buya Syafi'i Maarif dan kawan-kawan bisa menjadi amal jariyah yang tak ternilai bagi Indonesia. Amin.
Buku "Ilusi Negara Islam" (Gus Dur, Syafii Maarif, KH. Mustofa Bisri) membahas bagaimana gerakan Islam ekstrim global juga harus diwaspadai. Bukunya bisa di unduh secara lengkap disini.
loading...